Cerita Pulau Natal, Bekas Tempat Judi Paling besar di ASEAN

Cerita Pulau Natal, Bekas Tempat Judi Paling besar di ASEAN – Pulau kecil ini namanya Natal. Di waktu dulu, pulau ini terkenal sebab jadi tempat kasino paling besar se-Asia Tenggara.
Bila disaksikan lewat Google Maps, Pulau Natal atau Christmas Island sedikit seperti dengan bentuk anak anjing. Masih didominasi dengan rimba, Pulau Natal mempunyai luas 135 km persegi. Waktu lalunya membuat seisi pulau ini menjadi punyai rasa Nusantara. Satu utas di Twitter jadi trending sebab mengulas masalah Pulau Natal serta keunikannya. Singkat kata dahulu Inggris borong beberapa orang dari Singapura untuk dibuat pekerja paksa di tambang fosfat.
Beberapa orang dari etnis Melayu, China, serta Eropa yang kerja disana pada akhirnya menetap di Pulau Natal. Sampai saat ini bahasa yang dipakai ialah Melayu serta Inggris kunjungi poker88. Kecuali jadi Australia rasa Nusantara, rupanya Pulau Natal sempat juga menjadi tempat perjudian paling besar ASEAN. Pada tengah tahun 90-an, Pulau Natal punyai kasino eksklusif.
Tidak main-main, beberapa pebisnis dari waktu pemerintahan Soeharto terbang langsung dari Jakarta untuk taruhan di sini. Sarana Kasino di Pulau Christmas pertama-tama digagas oleh Frank Woodmore, pebisnis property asal Perth Australia pada tengah 80-an.
Di tahun 1981 Pemerintah Indonesia barusan tutup 3 tempat perjudian berijin di negaranya, dengan fakta kedatangan sarana itu tidak sesuai citra warga Indonesia yang sebagian besar muslim,” catat laporan komite. Dengan jarak Jakarta yang cuma satu jam penerbangan saja ke Pulau Christmas, karena itu pembangunan kasino serta rumah penginapan alias resor di Pulau Christmas akan memberi tempat unik untuk menarik golongan elit pebisnis serta pejudi besar asal Indonesia atau teritori lain di Asia.
Saat dibukanya kasino serta resor itu di tahun 1993, jumlah wisatawan yang datangi Pulau Christmas naik relevan.
Kedatangan kasino langsung mengganti muka dengan cara menegangkan perekonomian di Pulau Christmas. Sebelum akhir tahun 80-an Pulau Natal hanya pertambangan, hampir tidak ada sarana penginapan apa saja. Serta untuk memasukinya harus minta izin pada perusahaan pertambangan yang bekerja dikawasan itu.